Pada tanggal 31 Mei 2016 – 5 Juni 2016 lalu, di Sekolah Tinggi Desain Indonesia diadakan sebuah event untuk merayakan keberadaan sebuah warisan budaya, yaitu komik superhero lokal Indonesia dan juga komik genre silat lokal. Pameran ini menampilkan sejumlah artwork cover komik Indonesia yang rata-rata dibuat pada akhir 1960-an dan awal 1970-an oleh para seniman komik senior tanah air. Selain itu, event ini juga menghadirkan talkshow dengan menghadirkan para komikus senior, para legenda hidup, pelaku sejarah dari komik superhero dan silat Indonesia. Sebut saja nama Pak Hasmi, sang kreator komik Gundala Putera Petir, Pak Kus Bram, komikus Laba-laba Merah, Pak Gerdi WK kreator Gina dan juga Pak Mansur Daman atau MAN yang terkenal dengan karyanya Mandala, Siluman Sungai Ular. Tentu saja event ini disponsori oleh Bumi Langit, rumah produksi yang memegang hak cipta dan menerbitkan kembali komik-komik Indonesia lama karya para kreator yang sudah disebutkan oleh penulis.
Warisan Budaya Populer
Penulis untuk beberapa hari selama event berlangsung, menghabiskan waktu untuk mengikuti pameran dan talkshow. Talkshow yang diadakan selama pelaksanaan event, bisa dikatakan cukup menarik, terutama ketika para komikus senior ini berbicara tentang proses kreatif mereka, bagaimana mereka berkarya, momen apa yang mempengaruhi karya mereka, bagaimana ide-ide kreatif muncul, kerja sama dengan komikus lain dan penerbit serta alasan mengapa karya-karya mereka kemudian tenggelam di telan masa. Dari paparan selama talkshow, dapat disimpulkan bahwa para komikus senior yang hadir merupakan para pelaku sejarah komik Indonesia. Gaya ilustrasi dan layout yang khas dari karya-karya para sesepuh ini turut memperkaya catatan sejarah desain grafis Indonesia. Beruntung sekali, kali ini pameran karya komik -komik lawas ini di adakan di lingkungan akademis perguruan tinggi, sehingga diharapkan hasil dari event ini bisa menjadi wacana akademik dan event-event sejenis bisa diadakan di perguruan tinggi lain di tanah air.
Dari beberapa karya yang ditampilkan yang bisa dikatakan cukup menonjol adalah cover-cover komik serial silat si Buta dari Gua Hantu karya alm. Bapak Ganes TH. Dari pemaparan para komikus senior, karya pak Ganes TH cukup mempengaruhi dan menginspirasi para pekerja komik di era 1970-an dalam berkarya. Komik-komik silat lokal juga banyak dilahirkan oleh Pak Kus Bram dan Pak Hasmi saat itu, sebelum mereka terjun ke genre superhero. Selain terinspirasi, keinginan dari penerbit saat melihat pasar masa itu turut mempengaruhi genre yang muncul.
Ketidak tahuan para komikus senior tentang perkembangan komik dunia masa itu karena keterbatasan informasi dan media saat itu justru memberikan warna sendiri bagi perkembangan genre superhero lokal, terutama ketika para komikus senior ini memunculkan tokoh-tokoh superhero MARVEL dan DC. Justru dari sanalah para pembaca komik lokal akhirnya akrab dengan tokoh-tokoh superhero global ini.
Jika dicermati, karya-karya komik ini merupakan warisan budaya populer era 1960-1980-an bagi generasi masa ini. Komik pada masa itu, mewakili semangat zamannya, sehingga akan berbeda dengan semangat zaman para seniman komik di era ini. Karakterisasi tokoh,gaya visual, pewarnaan, layout dan tipografi yang diterapkan pada komik-komik lokal ini merupakan ciri khas dan selera yang mewakili era di mana para komikus senior ini berkarya, sehingga karya-karya heritage ini tentu saja TIDAK BISA DIBANDINGKAN apalagi DIPERDEBATKAN dengan gaya visual seniman komik hari ini. Namun optimisme tentang membangkitkan kembali tokoh-tokoh superhero lokal di tengah-tengah dominasi superhero global muncul ketika para komikus senior ini mengapresiasi keinginan para generasi muda komik Indonesia saat ini untuk menggambar ulang dan memperbarui cerita-cerita superhero lokal ini dengan gaya visual dan juga disesuaikan dengan logika jaman sekarang.
Ajang Komunikasi Antara Komikus dan Penggemarnya
Event ini juga dimanfaatkan para penggemar komik lawas di Bandung untuk bertemu muka, dan bernostalgia. Selain talkshow, para penggemar juga berkesempatan untuk ngobrol dan meminta tanda tangan pada para komikus lawas ini di sejumlah koleksi komik mereka. Para penggemar dan kolektor juga berinteraksi satu sama lain, para peserta talkshow dari kalangan mahasiswa pun juga ikut larut. Yang menarik adalah, ketika penulis mendengarkan banyak curhatan dari beberapa komikus lawas,terutama tentang bagaimana mereka dikondisikan untuk berkarya saat ini, dan juga pengakuan bahwa mereka akhirnya juga merasa kalah dengan superhero global yang ada dari segi teknologi dan pemodalan tentunya. Untuk masalah yang satu ini, mungkin akan kita bahas pada lain kesempatan. Lapak jualan yang dibuka oleh Bumi Langit pun diserbu penggemar komik lama, karena beberapa koleksi lawas, baik itu komik, poster, artprint, kartu kuartet dan komik umbul dijual di sana.
Pencarian Bakat Baru
Pada event ini juga diadakan lomba desain karakter superhero lokal yang diikuti oleh siswa/siswi Sekolah Menengah yang ada di Bandung. Hasil dari lomba ini disimpulkan, bahwa bakat-bakat baru terus bermunculan dengan macam variasi gaya yang ada, diharapkan para peserta lomba ini terus berkarya dan ikut meramaikan dunia perkomikan Indonesia
Next Time Would Be Better
Sepi. Kata kunci yang dilontarkan oleh peserta, terutama lagi para komikus senior dan Bapak Andy Wijaya. Kurang rame. Yah, memang atmosfer talkshow-nya memang tidak ramai seperti yang diharapkan dari event ini. Sayang sekali, sebuah event yang harusnya besar karena menggandeng para legenda komik Indonesia dan menampilkan karya-karya heritage ini, tidak dihadiri oleh banyak budayawan dan insan kreatif di kota Bandung. Entah publikasi (yang dirasa sebagaian pengunjung) kurang, atau memang event bertepatan dengan libur mahasiswa dan juga dengan awal puasa Rhamadan. Tidak semua agenda acara bisa terlaksana, karena ada beberapa narasumber yang tidak bisa hadir. Tetapi, apapun itu, event seperti ini harus sering ditampilkan di ruang lingkup perguruan tinggi sebagai pembelajaran bahwa komik Indonesia memiliki sejarah kreativitas yang cukup panjang. (dee)
Dokumentasi Pribadi Penulis